Inilah Kekuatan Sebuah Cerita – Rugi Kalau Tidak Anda Coba

Surja Wahjudianto
4 min readMay 31, 2020
Photo by Lum3n from Pexels

Perhatikan bagaimana cara dua guru berikut dalam memotivasi siswa-siswinya:

Guru A:

“Kalian harus rajin belajar supaya pintar. Dengar rajin belajar kalian akan memiliki ilmu dan ilmu yang kalian miliki berguna sekali untuk masa depan kalian.

Tantangan dan rintangan akan selalu ada. Kalian tidak boleh menyerah oleh tantangan. Justru kalian harus bisa menghadapi tantangan itu dan menaklukkannya…”

Guru B:

“Joko adalah alumni sekolah ini. Dia lulus dari SMP ini 7 tahun yang lalu. Anaknya pintar dan rajin, tapi sayangnya banyak masalah yang dia hadapi saat di bersekolah di sini. Dan seringkali masalahnya sangat berat.

Bapaknya adalah buruh bangunan dan ibunya buruh tani di sawah. Rumahnya hampir 10 kilometer jauhnya dari sekolah dan dia pulang-pergi ke sekolah naik sepeda butut.

Pernah suatu hari dia datang ke sekolah jam 9 pagi. Terlambat 2 jam! Tentu saja dia tidak diijinkan masuk dan harus menghadap guru BP. Dengan muka kusam dan napas masih ngos-ngosan dia ditanya kenapa terlambat. Sambil menyeka keringat di dahinya dia menceritakan kalau ban sepedanya bocor dalam perjalanan. Karena tidak punya ongkos untuk membayar tambal ban, dia harus menuntun sepedanya sejauh 5 kilometer!

Pernah satu kali dia masuk kelas dengan terpincang-pincang. Guru kelasnya waktu itu bertanya: “Kenapa jalanmu kok terpincang-pincang begitu, Joko? Kamu habis jatuh ya?” Dengan kepala tertunduk dia menjawab: “Bukan Bu, ini karena sepatu saya.”

Ternyata dia berjalan terpincang-pincang seperti itu karena sol sepatu yang dikenakannya nyaris jebol. Orang tuanya tidak sanggup membelikannya sepatu baru karena keluarganya serba pas-pasan. Beruntung ada teman sekelasnya waktu itu yang memberinya sepatu bekas layak pakai, sehingga esoknya dia pakai sepatu yang lebih baik.

Tetapi di balik semua masalah itu, Joko tidak pernah mengeluh. Dia tetap rajin belajar dan selalu mengikuti pelajaran dengan baik. Dia juga selalu mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas-tugas lain yang diberikan guru. Nilai ujian untuk masing -masing pelajarannya tidak pernah kurang dari 9. Dan dia lulus dari SMP kita ini dengan nilai terbaik, mengungguli seluruh siswa yang kala itu berjumlah 300 anak.

Masalah tidak menjadi penghalang bagi Joko untuk berprestasi. Dia berhasil menghadapi dan menaklukkan masalah, bukan kalah dan lari dari masalah.”

Menurut Anda cara manakah yang lebih menarik, lebih memotivasi dan lebih mungkin diingat oleh para siswa dalam jangka lama, cara guru A atau cara guru B? Saya yakin jawaban Anda adalah cara guru B, bukan?

Ini bukan karena teks dari cerita guru B lebih panjang (teks dari guru A bisa saja dibuat panjang juga). Tapi karena inilah kekuatan sebuah cerita.

Karena itu saya selalu menekankan penggunaan cerita ini dalam presentasi. Cerita memunyai kekuatan sebagai berikut:

1. Presentasi lebih menarik

Cerita adalah daya tarik. Ia bagai magnet yang membuat perhatian audiens menempel pada Anda. Ini karena pada dasarnya manusia suka cerita. Saat anak-anak kita suka cerita (dongeng). Saat kita dewasa pun kita juga suka cerita (berita, gosip, film).

Kita rela menunggu, bepergian jauh, mengantri, dan membayar demi mengikuti sebuah cerita. Masukkan cerita maka presentasi Anda dijamin jadi menarik.

2. Memudahkan memotivasi audiens

Menurut artikel di New York Times yang ditulis Annie Murphy Paul, saat kita mendengar cerita otak kita tidak membedakan apakah cerita itu fakta atau fiksi. Malahan kita cenderung larut di dalamnya seolah-olah kita adalah bagian darinya.

Itulah mengapa saat nonton film atau baca novel kita ikut gembira, marah, sedih, bahkan menangis meski kita tahu pasti bahwa itu hanyalah rekaan pengarang belaka.

Karena itu, akan menjadi mudah bagi kita untuk memotivasi atau menekankan pesan penting tertentu kepada audiens dengan cerita karena audiens telah larut dan menjadi bagian dari cerita kita tersebut.

3. Diingat dalam jangka lama

Menurut Jennifer Aaker, seorang profesor di Stanford Graduate School of Business, cerita bisa diingat sampai 22 kali lebih kuat dibandingkan fakta-fakta semata.

Itulah mengapa kita masih ingat dengan baik dongeng-dongeng yang diceritakan orang tua kita dulu meski telah berpuluh tahun lamanya.

Bayangkan skenario ini. Anda menghadiri dua presentasi mengenai ‘pentingnya menaati peraturan lalu lintas’.

Di presentasi yang pertama dijelaskan mengenai cara-cara berkendara yang aman, batas kecepatan, bagaimana menggunakan alat-alat keselamatan berkendara, dan sebagainya. Di situ dijelaskan pula mengenai undang-undang yang mengatur tertib berlalu lintas, angka kecelakan lalu lintas dari tahun ke tahun, dan lain-lain.

Presentasi yang kedua mencakup informasi yang kurang lebih sama. Namun di sini pembicara menambahkan kisah mengenai seorang temannya. Suatu hari sang teman ini pergi membeli nasi goreng di dekat kompleks perumahannya dengan naik motor. Karena jaraknya dekat dia tidak mengenakan helm. Dalam perjalanan dia melindas batu segenggaman tangan orang dewasa dan terjatuh. Karena tidak mengenakan helm kepalanya membentur aspal. Dari hidung, mulut dan telinganya keluar darah. Dia koma selama beberapa hari sebelum akhirnya meninggal dunia di rumah sakit.

Presentasi manakah yang berpeluang diingat oleh audiens dalam jangka lama? Tentu saja presentasi yang kedua yang ditambahi dengan cerita, bukan?

Nah, sekarang setelah Anda tahu pentingnya cerita dalam presentasi, cerita apakah yang akan Anda sampaikan dalam presentasi Anda berikutnya?

Join my email list with other people for more helpful insights.

--

--

Surja Wahjudianto

Shares content related to English learning, public speaking, and personal stories only for YOU.